FARMASI - INDONESIA
DUNIA BISNIS FARMASI DAN KESEHATAN DI INDONESIA

Rp 700 Triliun Diraih pada 2025

04.32
GP Farmasi Indonesia membuat roadmap di tahun 2015 Industri Farmasi Indonesia akan menempati posisi 15 besar dunia. Jika target itu tercapai, industri farmasi Indonesia akan menguasai pasar sebesar Rp 700 triliun. Target tersebut terlihat bombastis mengingat pertumbuhan pasar farmasi saat ini rata-rata hanya 10% pertahun. Lagipula bahan baku industri farmasi sebagian besar masih bergantung pada bahan impor, hal ini diperlemah lagi dengan kurs rupiah yang anjlok karena pelemahan ekonomi global.

Namun sejumlah percepatan juga telah dilakukan oleh Kementrian Kesehatan, seperti meningkatkan volume ekspor sekaligus memacu pertumbuhan pasar dalam negeri. Misalnya melalui Program Jaminan Kesehatan Nasional yang diharapkan akan menyerap lebih banyak produk obat-obatan.

Dibukanya keran investasi secara besar-besaran juga berlaku di dunia farmasi, meskipun jenis usahanya tidak murah dan tidak bisa dalam waktu singkat. Paling tidak untuk membangun industri farmasi mulai dari nol membutuhkan 3-5 tahun sehingga dapat beroperasi dengan normal. SDM yang kompeten dan tidak gagap teknologi juga menjadi masalah terhambatnya perkembangan bisnis farmasi di Indonesia.
Read On 0 komentar

Masker N95 Tidak Cocok untuk Kabut Asap

19.24
Menteri Kesehatan Nila Moeloek mengatakan masker N95 tidak cocok untuk mengatasi kabut asap, sebab memiliki pori-pori yang sangat kecil. Pori-pori kecil ini malah berpotensi bisa tersumbat karena partikel polutan asap yang besar (2,5 mikron). Hal ini justru membahayakan karena partikel bisa menyumbat masker dan menghambat pernapasan. Nila Moeloek telah berkoordinasi dengan ahli paru-paru untuk menjelaskan hal ini kepada masyarakat. Kementrian Kesehatan juga telah mengirimkan masker yang standar yang dinilai lebih tepat untuk mengatasi kabut asap.

Masker N95 biasa dipakai untuk menangkal polutan yang berpartikel sangat kecil, misalnya virus, yang berukuran 0,1 hingga 0,3 mikron. Disebut N95 karena mampu menyaring hingga 95% dari partikel yang ada di udara. Biasa digunakan bagi mereka yang beresiko terpapar oleh infeksi dan penyakit menular, seperti tenaga medis atau pekerja di peternakan.

Bagi mereka yang memiliki kelemahan dalam bernapas, penggunaan masker jenis ini tidak disarankan karena akan mengurangi volume udara yang dihirup. Jika Anda mengalami ketidaknyamanan, lelah, dan sakit kepala, hentikan penggunaan masker ini. Agar efektif, masker juga harus pas dan rapat dengan wajah pemakai. Masker N95 merupakan masker yang digunakan satu kali, jadi jangan dipakai berulang-ulang.
Read On 0 komentar

Sinar Mas Sediakan Posko Kesehatan Gratis

18.59
Rumah Sakit Eka Hospital, milik PT Sinar Mas menggelar pemeriksaan kesehatan gratis bagi masyarakat yang menderita sakit akibat bencana asap di Riau dan Sumatera Selatan. Puluhan tenaga medis diturunkan di beberapa titik lokasi yang terkena dampak asap, misalnya di desa Kuala dan Desa Kuala Nenas, Kecamatan Tambang. Kedua tempat tersebut ada di Kabupaten Kampar, Riau. Selain itu, posko juga dibuka di Pelalawan, Siak, dan Pekanbaru

Sudah ribuan orang menikmati pengobatan gratis ini. Pemeriksaan diadakan di Posko Sinar Mas Peduli Asap. Sebagian besar orang menderita batuk dan pilek serta gangguan pernapasan. Pihak sinar Mas juga membagi-bagikan masker gratis kepada warga.
Read On 0 komentar

GE Vscan Pocket Ultrasound untuk Puskesmas se-Indonesia

18.31
Baru-baru ini GE Healthcare dan Universitas Indonesia bekerjasama dalam mengembangkan telemedicine untuk pelayanan kesehatan masyarakat, apa itu telemedicine? Secara sederhana telemedicine diartikan sebagai cara berkomunikasi yang modern di bidang layanan kesehatan. Teknologi komunikasi memungkinkan informasi kesehatan dan layanan medis kini bisa dilakukan secara jarak jauh. Bentuk komunikasi langsung antara ahli kesehatan melalui telepon atau teleconference membuat akses komunikasi menjadi mudah dan sudah banyak diterapkan. Teknologi telemedicine yang lebih canggih, misalnya menggunakan satelit yang bisa mengirimkan konsultasi antar provider di berbagai kota atau negara.

Di tahap awal, GE memfokuskan diri pada Diagnostic Imaging menggunakan GE Vscan Pocket Ultrasound. Alat ini digunakan oleh seluruh dokter di puskesmas-puskesmas yang ada di berbagai daerah (sampai ke pedalaman) sehingga mereka bisa langsung berkomunikasi dengan rumah sakit besar di kota untuk mendiskusikan kasus pasien. Petugas dapat mengirimkan hasil USG ke System Electronic Medical Records (EMR) dan didiagnosis oleh dokter di rumah sakit. Hal ini sangat membantu masyarakat dalam mendapatkan layanan yang lebih berkualitas.
Read On 0 komentar

Mengintip Bisnis Alat Kesehatan

23.20
Sejumlah rumah sakit besar mulai gencar berinvestasi alat-alat kesehatan (Alkes) berteknologi canggih. Filosofinya tak lain untuk menekan “gaya hidup” berobat ke luar negeri, dengan dalih kecanggihan peralatan medis serta kualitas layanannya. Marilah kita ambil beberapa contoh rumah sakit besar yang mengadopsi peralatan canggih untuk men-support kebutuhan akan pelayanan kesehatan. Mereka antara lain adalah RS Honoris, Siloam Gleneagles (Lippo group), Mitra Keluarga, Metropolitan Medical Centre (MMC), Medistra (Astra Group), Graha Medika, Ongkomulyo Medical Centre (OMC), dan sebagainya.

Pasar Alkes Indonesia
Asisten Deputi urusan Perkembangan Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Kementerian Negara Riset dan Teknologi (KNRT), Dr. Roy Sparingga MAPPSc menggambarkan, pasar Alkes elektronik di tanah air masih dikuasai impor (80-85 %), alat dan bahan habis pakai (consumables) 55 %, sedangkan instrumen medis (hospital furniture) hanya 5-10 % dari total bisnis alkes Indonesia.
Ketua Asosiasi Industri Alat Kesehatan Indonesia (Aspaki), Ade Tarya Hidayat, menambahkan, “Pasar Alkes global dunia US$ 180 miliar, Amerika Serikat (AS) US$ 85 miliar, pasar Asia (kecuali Jepang dan Tiongkok) US$ 18 miliar, dan pasar Indonesia US$ 1,7 miliar.”

Kondisi tersebut menggambarkan, betapa industri alkes memiliki progress peningkatan dan kehadirannya selalu ditunggu. Bila pun ada keterbatasan teknologi dan daya saing yang rendah, hal tersebut bukan lantas mematikan produktivitas pebisnis peralatan medis lokal. Hanya saja, kualitas perlu dikedepankan untuk mengejar ketinggalan mutu dibandingkan dengan barang-barang impor.

sumber: majalah pharmabiz indonesia
Read On 0 komentar

5 Besar Perusahaan Penghasil Obat Generik

23.18
Obat generik di tanah air ternyata pasarnya dikuasai oleh perusahaan swasta. Sebagai contoh, menurut survei IPA-IHPA 2007 (Indian Pharmaceutical Association-Indian Hospital Pharmacist Association), PT Dexa Medica berhasil menempati urutan pertama dalam perolehan pangsa pasar obat generik bermerek, yakni sebesar 15,73%. Posisi kedua dan ketiga ditempati oleh 2 BUMN farmasi, Indofarma (12,69%) dan Kimia Farma (8,60%). Di tempat ketiga ada Hexpharm Jaya (4,72%) dan kelima, Sanbe Farma (3,20%).

Dexa yang mengusung produknya dengan OGBDexa, saat ini telah memiliki 90 item produk yang terdiri dari sediaan oral (tablet, kapsul, sirup), sediaan injeksi (ampul, vial, infus), maupun sediaan tropikal (krim), sementara sejak dicanangkan pemerintah, jumlah OGB kini telah mencapai lebih dari 455 item. Kenyataan ini agak mengherankan, mengingat pemerintah yang gencar mengkampanyekan pemakaian obat generik tapi ternyata produksinya belum dikuasai negara.

Sejak krisis global yang mengakibatkan kurs dolar mengalami lonjakan, beberapa BUMN farmasi telah menderita kerugian miliaran rupiah akibat selisih kurs dollar, karena pasokan bahan baku yang dilakukan pada tahun sebelumnya, menjelang jatuh tempo mengalami perubahan harga yang sangat signifikan. Hal ini membuat ketersediaan dana cash tergerus sehingga produksi obat terhambat, sementara untuk menghentikan produksi akan memukul kerugian yang jauh lebih hebat dari sisi pabrik, disamping komitmen terhadap masyarakat untuk menyediakan obat-obatan yang terjangkau. Ini baru sekian masalah yang membayang dari seribusatu masalah yang akan dihadapi BUMN farmasi.

sumber: majalah pharmabiz indonesia
Read On 0 komentar

WHO : Flu Babi Punya Potensi Pandemi

22.25
Penyebaran Flu Babi di Meksiko dan Amerika Serikat memiliki potensi menjadi pandemi dunia namun masih terlalu dini apakah itu betul akan terjadi atau tidak, kata Pimpinan Badan Kesehatan Dunia (WHO), Sabtu.

"Itu (Flu Babi) memiliki potensi pandemi karena itu menginfeksi orang," kata Direktur Jenderal WHO Margaret Chan.

Tipe baru flu itu --gabungan antara virus babi, manusia, unggas yang telah menewaskan 68 orang dari 1.004 orang yang diduga terjangkit di Meksiko dan menginfeksi delapan orang di Amerika Serikat-- masih sedikit dipahami dan situasinya berkembang sangat cepat, kata Chan.

(http://www.antara.co.id/arc/2009/4/25/who--flu-babi-punya-potensi-pandemi/)
Read On 0 komentar

Kiat Bisnis Ritel Farmasi Indonesia Saat Krisis

02.09
Bisnis ritel farmasi di Indonesia mesti segera menata diri agar mampu melepaskan diri dari kesulitan saat krisis, seperti saat ini. Para pelaku bisnis ritel farmasi adalah apotek dan toko obat, baik yang konvensional maupun modern. Kompetisi pada peritel level konvensional adalah sensitifnya masalah harga. Sementara peritel modern bersaing pada basis yang lebih kompleks, yakni dengan memasukkan banyak strategi bisnis dan meningkatkan pelayanan. Di masa krisis seperti sekarang, kompetisi berlangsung lebih keras. Naiknya harga obat bukan tidak mungkin menyebabkan beralihnya konsumen ke "level dua" yang mungkin menyediakan harga obat lebih masuk akal. Apalagi tren saat ini muncul obat-obatan alternatif, seperti jamu/herbal atau obat Cina yang banyak juga penggemarnya. Nah, kalau tidak hati-hati bisnis ritel farmasi bisa kehabisan nafas.

Dalam majalah Pharmabiz edisi 01/2009 terdapat artikel mengenai poin-poin dan kiat untuk memajukan bisnis ritel, khususnya di bidang farmasi. Di sini dijelaskan juga tentang apa saja yang harus diperhatikan pada situasi yang serba "mengencangkan ikat pinggang" ini. Salah satunya adalah memahami peraturan pemerintah dan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan dunia kesehatan. Jangan sampai bisnis jadi rugi karena tak mengerti seluk-beluk aturan bisnis di Indonesia. Poin lain yang juga sangat penting adalah pengembangan IT untuk membantu memaksimalkan kinerja perusahaan. Jadi, sebaiknya tidak ada lagi pebisnis farmasi yang gaptek, alias gagap teknologi. Kiat-kiat lainnya masih banyak dan tinggal disesuaikan dengan bisnis masing-masing. Artikel lebih lengkap dapat dibaca di majalah Pharmabiz.
Read On 0 komentar

tip: memilih alat timbang yang memenuhi syarat

17.23
Alat timbang merupakan barang wajib dalam industri farmasi. Biasanya, kita hanya memperhatikan aspek teknis alat timbang itu, seperti kapasitas maksimum dan kemampuan pembacaannya. Padahal, untuk lingkungan kerja yang "bersih", ternyata banyak hal yang harus diperhatikan. Lingkungan kerja bersih yang dimaksud adalah tempat yang tingkat polutannya (mikroba, debu, uap kimia, dan lain-lain) berada pada nilai rendah. Tempatnya berupa ruang yang tertutup sepanjang hari dengan pintu kedap udara dan udara di dalamnya harus disaring dengan filter HEPA/ULPA. Orang di dalamnya juga selalu menggunakan pakaian khusus, sarung tangan, penutup mulut dan rambut.

Nah, oleh sebab itu alat timbang di dalam ruang seperti ini tidak hanya harus akurat, tapi juga mudah "dibersihkan". Kenyataannya, kebanyakan alat timbang tidak dirancang secara spesifik untuk lingkungan "bersih". EU GMP Guide menetapkan alat timbang harus dibersihkan setiap selesai digunakan, untuk setiap penimbangan 1 bets formula. Tujuannya untuk mencegah perpindahan kontaminasi material ke 1 bets berikutnya.

Jadi sebelum membeli sebaiknya lakukan tip berikut:

1. Menghitung resolusi rasio kapasitas alat timbangCaranya dengan membagi kapasitas maksimum dengan resolusi/kemampuan pembacaan. Jika nilainya kurang dari 30.000 berarti alat tersebut tingkat akurasinya masih belum memadai.

2. Mengamati bentuk dan struktur alat timbangSemua alat timbang terlihat mudah dibersihkan, tapi ternyata belum tentu mudah. Sebaiknya pilih yang sedikit sudut dan celahnya, jangan lupa untuk mengangkat alat tambang tersebut sehingga terlihat seluruh bagiannya.

Bila ternyata belum memenuhi syarat, ada baiknya Anda mencari alternatif lainnya.
Read On 0 komentar

proyeksi industri farmasi 2009

16.27
Tahun 2008 berlalu dengan meninggalkan sejumlah masalah yang belum selesai bagi lingkungan usaha farmasi. Naik turunnya kondisi ekonomi dalam negeri membuat daya beli rakyat menurun, sementara harga obat terus naik. Ekonomi luar negeri yang hancur-hancuran di akhir semester 2008 juga menambah panjang daftar masalah. Jadi, bagaimana kondisinya nanti di tahun 2009?

Majalah Pharmabiz mewawancarai salah seorang petinggi di Gabungan Pengusaha (GP) Farmasi, Masrizal A Syarief. Beliau membagikan pendapatnya mengenai dunia bisnis farmasi di tahun 2009. Menurutnya, banyak perubahan terjadi karena adanya Permenkes 1010/Menkes/PER/XI/2008 tentang pembatasan registrasi obat. Itu baru satu hal, masih banyak faktor lain yang mempengaruhi usaha farmasi. Itulah sebabnya pelaku industri harus segera merancang ulang strategi bisnisnya. Wawancara yang mengisnpirasi ini dapat disimak dalam majalah Pharmabiz edisi 12/2008 halaman 18.
Read On 0 komentar

supply chain obat di Indonesia

16.14
Jaringan suplai obat memainkan peran penting dalam bisnis farmasi di Indonesia. Ramainya pemain yang memasuki area ini seolah memperlihatkan adanya profit yang menggiurkan. Bahkan kelompok usaha pendukung farmasi yang sedang tumbuh pun tergiur untuk mengadu untung ke pasar yang kompetisinya sangat ketat ini. Akibatnya distribusi obat semakin ramai oleh pelaku dan menambah panjang jalur distribusi yang pada akhirnya memicu permasalahan yang kompleks.

Lantas bagaimana cara membuat jalur distribusi agar lebih efisien. Pertama-tama tentu kita harus memahami pokok permasalahannya dulu. Semua telah dibahas lengkap dan detail dalam majalah Pharmabiz. Salah satunya adalah dengan memangkas rantai suplai yang terlalu panjang. Karena di disitulah tempat munculnya masalah-masalah baru yang pasti membuat harga obat juga sampai di konsumen dengan harga yang terlampau tinggi. Solusi-solusi yang tepat bagi pelaku industri farmasi mengenai masalah rantai suplai obat ini dapat dibaca di majalah Pharmabiz edisi 12/2008 yang lalu.
Read On 0 komentar

strategi sukses untuk industri farmasi

16.28
Industri farmasi sangatlah dinamis, selalu berinovasi dan senantiasa memperbarui. Strategi yang ideal untuk karakter bisnis seperti ini memang tidak bisa disamaratakan seperti jenis industri lain. Strategi yang dulu pernah berhasil belum tentu sesuai untuk kondisi saat ini. Bahkan bagi sesama industri barangkali punya strategi khusus. Yang ideal menurut satu perusahaan farmasi belum tentu cocok untuk perusahaan farmasi yang lain. Oleh sebab itu, setiap perusahaan hendaknya selalu meng-update diri dan rajin mencari cara-cara baru untuk mengelola usaha mereka. Para ahli industri farmasi sedunia menulis "SAP for Life Science in The Pharmaceutical Industry: Strategy for Success". Berikut adalah ringkasan dari tulisan tersebut.

1. Mengurangi Resiko-resiko-gunakan teknologi sebagai bisnis inti dan mengintegrasikan informasi untuk mengecilkan resiko kesalahan (misalnya pada urusan administrasi) dan meminimalkan waktu-waktu yang terbuang
-meningkatkan penjualan dan mind-share: analisis segmentasi pasar, tingkatkan self service pelanggan, jaga hubungan dengan para dokter.

2. Mengefisiensikan Proses-hilangkan bagian-bagian dalam organisasi yang kurang efektif agar proses kerja dapat lebih efisien
-terapkan business intelegence untuk mengefisiensikan operasional penjualan
-outsourcing untuk kegiatan non-inti sehingga perusahaan bisa berkonsentrasi pada kegiatan inti.

3. Transformasi Bisnis-perbaiki kemampuan kolaborasi untuk mengembangkan pasar yang baru
-gunakan teknologi informasi untuk mendukung organisasi riset
-gunakan RFID (radio frequency identification) untuk mengintegrasikan sistem-sistem dan berbagi informasi secara global

Semua strategi di atas umumnya telah berbasis teknologi dengan akses informasi yang mudah. Namun, pada dasarnya berisi solusi untuk menghadapi kompleksnya regulasi, efisiensi biaya, dan peningkatkan produktivitas. Nah, pertanyaannya kini sudah siapkah pelaku industri farmasi di Indonesia untuk menerapkannya?
Read On 0 komentar
Blog ini berisi artikel-artikel tentang dunia Farmasi di Indonesia dan berita-berita kesehatan.


kategori